Minggu, 11 September 2016

Alessandro Del Piero 'Penari yang buruk'

Tariannya di atas lapangan memang tidak seindah Diego Maradona, Ronaldinho, atau eks rekan setimnya, Zinedine Zidane. Tapi selama 19 tahun, ia memikat pendukung Juventus untuk terus menari bersamanya. 

Ada suatu masa ketika pesepakbola dapat dikatakan lebih mahir menari daripada para penari ulung.  Entah itu penari balet, penari tango, atau ice skater sekali pun. Jika musuh utama para penari tengo adalah milonga (tempat di mana tarian tango sering dilakukan) yang sempit, musuh menakutkan para penari balet adalah penghayatan peran yang sering menyulitkan, dan musuh besar para ice skater adalah arena yang licin. Maka pesepakbola mempunyai varian musuh yang lebih mengerikan saat mereka menari di atas lapangan, seperti seolah mereka akan jatuh dari atas Burj Khalifa jika tidak mampu menari dengan benar.

Lihatlah bagaimana cara Diego Maradona menari-menari lincah layaknya seorang maestro balet dengan latar tekel-tekel pemain Inggris dan teriakkan perang dari para hooligan pada babak perempat-final Piala Dunia 1986 lalu. Hanya dengan menggunakan kaki kiri, Maradona membuat banyak orang bertanya-tanya di dalam hati mereka: "Bagaimana dia bisa melakukan hal ajaib seperti itu?" Ketika lawan-lawannya mulai panas untuk kemudian melakukan tekel-tekel brutal, Ronaldinho justru semakin sering menjadi-jadi dalam memamerkan tariannya yang seperti ginga (ekspresi riang khas Brasil) itu. Bahkan dia tak jarang melakukannya di Santiango Bernabeu, markas Real Madrid, yang merupakan ladang ranjau bagi para pemain Barcelona. Tarian Ronaldinho juga sering memperlihatkan bahwa dirinya adalah seorang ahli dalam permainan Minesweeper, game fenomenal di komputer Windows karya Curt Johnson.

Selain Maradona dan Ronaldinho, masih ada Ronaldo (Brasil), Zinedine Zidane, Juan Roman Riquelme, dan Neymar yang dapat menari dengan begitu hebatnya di atas lapangan. Imajinasi dan intuisi yang mereka miliki merupakan salah satu karya agung yang dititipkan Tuhan.

Jika dibandingkan dengan para penari hebat di atas lapangan tersebut, Alessandro Del Piero tentu saja merupakan seorang penari yang buruk. Dengan baju kedodoran, sepatu bola yang didominasi warna hitam, dan cara menggiring yang tidak bisa dikatakan artistik, Del Piero gemar membawa bola terlalu lama untuk memamerkan tarian buruknya itu. Triknya kadang terlalu mudah dibaca oleh pemain lawan, membuatnya jatuh tersungkur saat bola berhasil direbut oleh lawan.

Larinya pun tidak cepat. Usain Bolt, manusia tercepat di dunia, tak perlu mengeluarkan setengah kemampuannya untuk menang lomba lari seratus meter melawan Del Piero. Meski demikian, jika dibandingkan dengan Maradona, Ronaldiho, maupun Zidane, Del Piero adalah salah satu orang yang paling sering membuat orang-orang yang berada di sekelilingnya, baik secara sadar atau tidak, ingin menari bersamanya. Bagaimanapun tarian Del Piero cukup mudah untuk ditirukan atau diikuti.

Ada sebuah gerakan khas yang sering diperagakan Del Piero di atas lapangan. Mantan kapten Juventus tersebut sering membawa bola dari sisi kiri lapangan untuk kemudian melakukan cutting-inside ke arah kotak penalti lawan. Saat pemain belakang lawan mencoba menghadangnya, Del Piero, biasanya dengan kaki kanan bagian luar, akan menjauhkan bola untuk mencari sudut tembak. Pemain-pemain belakang lawan sering menyadari pergerakan tersebut untuk kemudian menutup ruang tembaknya, tetapi Del Piero, kali ini dengan kaki kanan bagian dalam, sekali lagi akan membelokkan bola untuk menjauhi lawan. Lalu, yang terjadi selanjutnya adalah sebuah tarian bodoh yang dilakukan oleh pemain belakang lawan. Mereka akan membalikkan badan, mengira Del Piero akan melakukan tembakan dengan kaki kirinya. Dan saat hal tersebut terjadi, Del Piero sekali lagi akan membelokkan bola dengan kaki kanan bagian luarnya. Kemudian, ketika mereka sadar telah dibodohi, Del Piero sudah melakukan tembakan melengkung ke arah tiang jauh. Bola masuk ke gawang, pemain-pemain belakang lawan tanpa sadar melakukan tarian bodoh, dan penggemar Juventus menari kegirangan dari atas tribun lapangan.

"Dia (Del Piero) adalah seorang jenius sebenarnya," begitu pujian dari Frankie Dettori, salah satu jockey terbaik di dunia asal Italia. 

Ia bukan seorang penari yang bagus, tapi orang-orang tetap mau menari bersamanya

"Dia (Del Piero) adalah seorang jenius sebenarnya."

- Frankie Dettori

Selama 19 tahun, dalam 704 pertandingan, dan dalam waktu 48.785 menit bersama Juventus, Del Piero sepertinya tak pernah bosan membuat banyak orang untuk menari bersamanya. Dia mungkin seorang penari yang buruk, tetapi ketika tarian buruknya mampu menginspirasi banyak orang untuk ikut menari, dirinya tentu saja layak mendapatkan aplaus panjang layaknya seorang pesulap yang baru saja mengeluarkan kelinci dari dalam topi ajaibnya.

Lalu, ketika Del Piero terpaksa harus angkat kaki dari tempatnya biasa memamerkan tariannya, para penggemarnya tahu betul bagaimana caranya untuk bereaksi.  

Sang lelaki sejati

Di seluruh dunia, Juventus adalah Del Piero. Ketika Anda menyebut namanya (Del Piero) itu akan berarti bahwa Anda juga menyebut nama Juventus

- Marcelo Lippi

"Di seluruh dunia, Juventus adalah Del Piero. Ketika Anda menyebut namanya (Del Piero) itu akan berarti bahwa Anda juga menyebut nama Juventus," kata Marcello Lippi, salah satu mentor terbaik Del Piero, setelah mengetahui bahwa Juventus tidak akan memperpanjang kontrak Del Piero.

Apa yang dikatakan Lippi tersebut memang cukup beralasan. Tanpa Del Piero, Juventus mungkin tidak akan seperti sekarang ini. Del Piero berhasil membawa Juventus untuk meraih segalanya, dari gelar Serie A Italia hingga Liga Champions Eropa, membuat mereka terkenal dari belahan bumi sebelah utara hingga belahan bumi bagian selatan. Seragam Juventus bernomor punggung 10, yang kadang juga terlihat kedodoran, tak jarang dikenakan anak-anak kecil saat bermain di jalanan. Penggemar Juventus tak pernah bosan meneriakkan nama Del Piero, layaknya komentator-kementator Serie A Italia, ketika sang idola mencetak gol. Padahal, Del Piero mencetak 289 gol sepanjang kariernya bersama Juventus, melebihi raihan gol Giampiero Boniperti, bintang Juventus sebelumnya. Selain itu, meski Del Piero sudah memainkan 704 empat pertandingan bersama Juventus, jauh melebihi penampilan Gaetano Scirea, salah satu libero terbaik yang pernah dimiliki Italia, setiap akhir pekan para penggemar Juventus juga selalu merindukan penampilannya.

Selain berhasil membuat Juventus merajai Italia, Del Piero juga tak buang badan ketika salah satu klub terbesar Italia tersebut berada di dalam titik terendah kehidupannya. Skandal Calciopoli pernah mengakibatkan Juventus harus terdegradasi ke Serie B Italia. Saat sebagian besar pemain bintang Juventus kemudian memilih angkat kaki, Del Piero memastikan bahwa ban kapten Juventus akan tetap melingkar di lengan kanannya. Dia tak peduli jika itu harus dilakukannya di Serie B Italia.

"Seorang laki-laki sejati tidak akan pernah meninggalkan wanitanya," kata Del Piero pada waktu itu. Dengan pendekatan seperti itu, tak heran jika seluruh penggemar Juventus merasa kehilangan ketika Del Piero dipaksa untuk meninggalkan Juventus.

Dalam pertandingan terakhirnya di Serie A, pada sebuah malam yang dingin di bulan Mei 2012, suasana menjadi begitu emosional. Semua penonton berdiri memberikan penghormatan ketika Del Piero ditarik keluar pada menit ke-57. Saat Del Piero kemudian belari keliling Juventus Stadium untuk mengucapkan perpisahan, jalannya sisa pertandingan tak lagi penting. Spanduk-spanduk yang melegendakan namanya terbentang lebar, tak sedikit para fans yang menangis karena kehilangan, dan aplaus panjang terus menggema dari setiap tribun. Del Piero berusaha untuk tetap tegar. Bahkan, saat para penggemarnya bertanya-tanya di dalam hatinya, "baik sebagai manusia maupun hantu, apakah kau akan kembali ke sini lagi?" Del Piero berlagak membetulkan tali sepatunya untuk menutupi tetesan air matanya.

Rasa kehilangan tidak hanya dirasakan oleh para penggemar Juventus. James Horncastle, salah satu penulis ternama sepakbola Italia, yang mulai mencintai sepakbola Italia karena gol Del Piero ke gawang Fiorentina pada tahun 1994, juga merasakan hal serupa. Dia akan selalu ingat gol yang tak kalah ajaib dari ilmu sihir yang sering dikeluarkan oleh para penyihir terbaik Hogwarts (sekolah sihir dalam novel Harry Potter) itu, di mana Del Piero mencetak gol first time dengan kaki kanan bagian luarnya. Sebuah gol yang kemudian membuat Juventus memenangkan pertandingan, meski sempat tertinggal dua gol terlebih dahulu. James Horncastle kemudian menulis Saying Goodbye to Del Piero, sebuah tulisan yang indah dan menyentuh, sebagai kado perpisahan untuk idola masa kecilnya.

Jika Spiderman merupakan pahlawan bagi masyarakat kota New York, Batman merupakan idola bagi masyarakat Gotham, Del Piero adalah segalanya bagi para penggemar Juventus. Namun, berbeda dari Batman yang pernah diburu polisi seantero Gotham dan Spiderman yang sempat dicampakkan para New Yorker, Del Piero akan selalu dicintai oleh penggemar Juventus -- apa pun kondisinya. Bahkan, mereka tidak akan pernah merasa cukup meski sudah mencintai Del Piero selama-lamanya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar